JAWABAN.com - Di tengah-tengah kehidupan kita menemukan bahwa sering "lebih aman" bagi kita memilih untuk "menutupi diri" daripada harus membuka keberadaan kita, baik itu pendirian, perasaan, maupun kelemahan dan kesalahan kita. Penyebabnya, karena tidak jarang dari kita yang mengalami luka akibat penolakan yang dilakukan oleh lingkungan kita masing-masing, baik itu di dalam rumah tangga, keluarga, sekolah, kampus, maupun tempat kerja kita. Kita menemukan bahwa lingkungan kita seringkali tidak seramah yang kita harapkan atau inginkan. Akibatnya, menutup diri dan tidak jarang "berpura-pura", merupakan alternatif yang lebih aman yang sering kita pakai untuk menghadapi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Melalui tulisan ini, saya ingin anda mengerti bahwa ada suatu kekuatan yang sangat besar yang mampu menyentuh dan mempengaruhi kehidupan orang lain sedemikian dalam, yaitu pada saat anda menjadi dirimu sendiri.
Ada suatu istilah yang dikenal di dalam dunia kepemimpinan, mengenai kekuatan dari suatu pengaruh yang sangat besar yang dapat diberikan oleh seorang pemimpin kepada lingkungannya. Istilah tersebut ialah kata "authentic" yang berasal dari bahasa Yunani kuno "authentikos". Kamus Webster memberikan definisi untuk kata tersebut sebagai berikut: asli (not false or imitation, original), murni (genuine). Selain itu definisi yang diberikan oleh The Ethics Center for Engineering and Science dari Massachussetts Institute of Technology (MIT) untuk kata "authentic" adalah "tidak adanya kemunafikan" atau "membohongi diri sendiri" (the absence of hypocrisy or self-deception) yang lebih lanjut juga dijelaskan oleh kamus Webster sebagai tidak munafik (genuine, not being a hypocrite). Kata munafik (hypocrite) sendiri berarti "berpura-pura, meniru" atau "bertindak seolah-olah" untuk sesuatu (kebiasaan, nilai, atau karakter) yang orang tersebut sebenarnya tidak miliki.
Mazmur 26:4 berkata, "Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul." Sebaliknya saya percaya akan kuasa dari kesaksian kehidupan kita "apa adanya" yang akan Tuhan pakai untuk menyentuh kehidupan banyak orang lain.
Kepemimpinan bukanlah hanya mengenai suatu posisi yang dimiliki seseorang, melainkan pengaruh yang orang tersebut berikan, baik positif maupun negatif. Seorang pemimpin yang sejati, asli, murni, atau authentic adalah seseorang yang hidup dengan membiarkan orang lain membaca kehidupannya seperti suatu buku yang terbuka, tanpa ketakutan untuk menunjukkan semua keberadaannya, baik kekuatan, kelemahan, maupun kesalahan yang dibuatnya.
Pengaruh terbesar yang dapat diberikan seorang pemimpin kepada orang yang dipimpinnya bukanlah melalui kesempurnaannya, melainkan melalui perubahan yang ditunjukkannya.
"Being real, being human, being yourself, the first step in becoming a true leader."